Pada malam Jumat para orang mati itu pulang ke rumah mereka masing-masing, berharap ketika mereka pulang ada keturunan mereka sedang tinggal di dalam rumah dan membacakan bagi mereka doa-doa, walau hanya satu kalimat, tapi itu sangat berharga. Jika pada saat itu tak ada keturunan yang sedang tinggal dan membacakan bagi mereka doa-doa, mereka kembali ke kuburan dengan perasaan kecewa, lalu berpangku tangan sambil berandai-andai: andai saja mereka bisa dan memiliki daya, mereka ingin merebut kembali harta benda-warisan-warisan yang mereka tinggalkan untuk keturunan mereka. Tapi mereka tak berdaya-yang hanya bisa mengharapkan sebuah doa.
Tulisan ini dibuat seusai mendengarkan cerita-cerita orang tua.
Kamis, 4 Mei 2017
7 komentar
untunglah pendek ni tulisan, judulnya uda bikin ngerinding
BalasHapusSyair di atas, saya sering mendengarkan dalam versi jawa.
BalasHapusMemang merinding saat mendengarkan syair itu.
Bikin merinding.
BalasHapusTapi isinya setuju sih.
agak ngeri ya mbak sama judulnya.
BalasHapusdeleeem
BalasHapusdoa, bukan rebutan warisan
Giliran harta pada mau, tapi jarang ngirim do'a sama yang udah ngasih harta. Syairnya bagus :)
BalasHapusDalem, membacaya membuatku teringatkan kembali untuk terus bisa memanfaatkan sisa waktu di dunia ini untuk bekal pulang nanti..
BalasHapus