“Cowo
itu brengsek, makanya aku ga suka. Aku suka kamu” Katamu suatu hari. Aku
menatapmu aneh. “Kamu juga?” Tanyaku dalam. “Apa?” Kamu mengerutkan keningmu
tak mengerti dengan apa yang aku tanyakan.”Brengsek?” Jelasku. Dan kamu tertawa
kemudian mengangguk mantap. Berarti aku sedang mengencani cowo brengsek?. Kita
tidak butuh pacaran, begitu katamu, tapi kamu sering bertanya kepadaku “Kenapa
kamu ga pacaran?”.
“Karena belum menemukan yang tepat aja!”
Jawabku sekenanya.
“Aku
kira kamu takut”
“Aku
mau pacaran sama kamu, tapi kamu ga bisa aku pacarin”
“Maaf,
karena aku ga bisa jadi apa yang kamu mau” Kemudian kamu memelukku penuh sesal.
Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Yang aku rasakan sama terhadapmu,
jatuh cinta sekaligus terluka. Lalu apakah kita yang tanpa nama?. Kamu bilang
“Nikmati saja kita selagi bisa, yang pacaran belum tentu bisa menikmati moment
pacaran itu sendiri, karena mereka terlalu sibuk”.
“Sibuk
apa?” Tanyaku.
“Sibuk
dengan pacaran dan menuntut hal lebih” Dan aku tersadar, aku ataukah kamu yang
dalam ketakutan akan suatu status hubungan. Tetapi kita begitu sederhana dalam
menjalani selama beberapa bulan ini bukan? Mengapa terlihat begitu rumit? Atau
aku saja yang berprasangka buruk terhadapmu?.
“Aku
mudah jatuh cinta” Ceritamu.
“Aku
Tahu. Aku tahu kamu ga bisa berkomitmen. Kita sudahi saja kita?!” Aku bahkan ga
mengerti dengan apa yang aku sedang bicarakan. Kita bahkan ga ada hubungan
apapun bukan?
”Jangan!”
Dan semua terasa semakin sama, antara cinta dan terluka. Lalu perasaan ini
dinamakan apa?. Aku
bahkan lupa bagaimana aku bisa terjebak bersamamu. Di kencan ketiga di sebuah
restoran ternama di Kuta. Selama ini aku hanya terlalu terlena, terlena oleh
rasa nyaman dan bahagia. Kamu juga merasakan hal yang sama bukan?. Kita seperti
‘ya udah jalanin aja’. Bukan tanpa rasa di sana, tetapi kita sama-sama
merasakannya, merasakan sebuah perasaan yang sama. Kita jatuh cinta dan terlalu
takut akan suatu hubungan yang berkomitmen. Tunggu, aku rasa bukan aku yang
takut. Tapi kamu. Setelah perceraianmu dengan mantan istrimu lima tahun lalu,
kamu masih merasa kosong dan tidak ingin mengisinya dengan seseorang yang lain
untuk menemani hidupmu. Kamu bisa menemukannya di Tinder hanya untuk teman satu
malam. “Itu asyik, kan?” Katamu suatu hari. Aku diam, karena aku ngga tahu apa
jawabannya. Itu bukan pertanyaan, itu sebuah pernyataan tentang betapa hampanya
hidupmu.
Aku
suka kamu yang sibuk, mungkin sebelum bertemu kamu aku pernah terjebak dalam
suatu hubungan yang posesif, dimana mantanku sangat cemburu dan membatasi ruang
gerakku. Jadi saat bertemu kamu, Mr. Workholic yang supersibuk di kedai kopi
sesiangan waktu itu-saat kamu sedang pening menyelesaikan design ruangmu yang
sudah dikejar deadline-kamu menyapaku iseng dan tiba-tiba semuanya larut dalam
percakapan-percakapan yang membuatku-kita saling tertarik satu sama lain-membuatku
suka begitu saja kepadamu, aku pasti akan mempunyai banyak ruang saat aku
dengan kamu, pikirku saat itu dan memang benar. Jadi, kita tidak sama-sama
sekali, kita sangatlah berbeda dan
berakhir dengan masalah yang sama, mmm, tentang hubungan? Aku masih saja belum
tahu nama apa yang tepat untuk kita. Kita lewati saja bagian itu.
“Tan?”
Katamu pelan.
“Ya?”
“Sebagai
asisten pribadi Bossmu, kamu memang sudah seharusnya menuruti semua
kata-katanya. Jangan terlalu memanjakan karyawan lainnya hanya karena kamu
kasihan. Profesionallah!”
“Entah,
tapi kadang aku lelah”
“Aku
workaholic, aku suka kerja dan pekerjaanku. Mungkin karena itu waktuku dengan
orang yang aku sayangi jadi berkurang, makanya pada suatu hari dia meminta
cerai. Aku bahkan ngga pernah memikirkan perceraian. Karena dia selalu meminta
makanya terjadilah. Aku sukses di pekerjaanku, tapi mungkin itu pengorbanannya.
Kamu mengerti, kan maksudku?!” Jelasmu sambil menatap arah jam satu kosong. Kamu
sedang mengenang?. Aku diam, tak menjawab apapun.
“Mungkin
kamu mengorbankan sedikit perintah bossmu dan kamu baik-baik saja dengan
karyawan lainnya. Selalu ada saja yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu
bukan?”
“Kalau
begitu aku ingin mengorbankanmu” Kataku begitu saja. Kamu menatapku tidak
mengerti. “Entah.
Aku ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Yang lebih dari pada kamu” Lanjutku, kemudian
hening.
3 komentar
Ini ceritanya duda ketemu gadis kah? saya sedikit agak bingung. Tapi emang hal seperti itu wajar. Gadis maunya diperhatikan dan disayang. tapi sang duda trauma dengan masa lalunya sehingga dia hanya mau pacaran tanpa ada ikatan. Walau sebenarnya ada rasa cemburu juga.
BalasHapusPas baca pembukannya seolah2 aku setuju banget. Hahaha
BalasHapusBacanya pakai intonasi tinggi yak. Ckck
Ini nih 2 type karakter berseberangan 😁
BalasHapusYang cowok menyikapi cinta dengan santai,apa adanya .... , yang cewek maunya manis manja,diperhatiin mulu 😁
Jadinya acara ngambek2an ala sinetron terjadi deh 😂