Aku bukan pecinta anime sih sebenernya, cuman suka Totoro dan Spirited Away aja. Gatau kenapa pas googling anime tiba-tiba muncul film ini dan akhirnya aku nyoba nonton secara streaming. Dan sumpaaaa... bagus pake banget, bahkan kartun terbagus menurutku pribadi yang ga kalah sama Coco. Btw, Coco udah aku tonton berkali-kali dan masih aja mewek tiap kali nonton. Lebay emang.

So, guys, lets review this movie.

Menceritakan tentang dua remaja SMA bernama Taki dan Mitsuha Miyamizu. Taki cowo cakep yang kota banget, dia tinggal di Tokyo. Sementara Mitsuha cewe desa yang kalem banget, bapak dese adalah kepala desa yang dihormati penduduk Itomori. Pas liat Itomori ini mirip banget sama pemandangan danau dan gunung Batur di Kintamani. Mereka sama sekali bukan keluarga apalagi saling kenal, ga sama sekali. Mereka cuma dua orang asing yang ga sengaja berhubungan dari alam mimpi. What? Dan mimpi ini bukan sekedar mimpi, guys, mereka bertukar roh, jadi roh Mitsuha ke Taki, dan roh Taki ke Mitsuha. Itu terjadi setiap hari secara bergantian, dan mereka ga sadar. Mereka menjalani kehidupan yang bukan dirinya sendiri secara bergantian. Jadi bisa dibayangin kan?

Hi there,

Dan gaes,

Masih ngebahas Bilangan Fu-nya Ayu Utami, Manjali dan Cakrabirawa ini seri kedua dari serial Bilangan Fu, novel ke-25 yang terbaca dan terselesaikan di 2018.

Kalau di novel pertama, Ayu Utami menceritakan dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, Sandi Yuda. Di novel kedua ini dia memakai sudut panjang orang ketiga dan lebih fokus menceritakan dari sudut panjang Marja (baca: Maria), kekasih Sandi Yuda.

Di novel ini, Sandi Yuda pergi meninggalkan Marja dan Parang Jati di desa dekat Sawugunung untuk beberapa urusan kuliahnya yang keteteran akibat kegiatan panjat tebingnya. Dan pada moment-moment inilah diam-diam tumbuh cinta antara Marja dan Parang Jati. Mereka berdua terlibat penelitian Candi Calon Arang bersama salah satu ilmuan dari Prancis.

Novel ini masih seperti sebelumnya, persahabatan, cinta segitiga, dongeng, sejarah, spritual, kepercayaan, yang dibahas dan dijadikan cerita dengan kritis. Tapi, aku ga tahu kenapa, menurut aku pribadi, ga seseru dan menarik Bilangan Fu buku pertama. Ga semengalir Bilangan Fu, yang waktu itu aku baca, seolah-olah itu emang nyata dan benar-benar terjadi.

Kesimpulan yang paling berkesan di novel ini adalah: kebetulan-kebetulan, kalau terlalu sering terjadi dan berhubungan, para ilmuan akan mencari pola untuk diteliti, orang beriman akan menghubungkan dan mencari rencana Tuhan, orang-orang biasa hanya bisa berbuat baik dan sadar kalau mereka memiliki peran-peran masing-masing.

Aku ga terlalu ngerekomendasii novel ini seperti halnya aku ngerekomendasii secara exicited Bilangan Fu, tapi serial Bilangan Fu tetep aja bukan hal enak buat dilewatin setiap bukunya.

Dan you guys, kalau ada yang pernah baca novel ini juga, bisa sharing kesan-kesan di kolom komentar.

regards
mayasitha

Hallo,,,

Terlahir dengan nama Diyah Mayasitha, tapi lebih suka dipanggil Mayasitha. Menyukai gunung, laut, hutan, warna, langit, makanan dan masih banyak lagi-tergantung dari suasana hati. Menyukai novel surealism, sedikit alergi dengan buku non-fiksi. Menyukai musik dangdut dan instrument musik dan lagu apa saja yang enak didengar, tergantung suasana hati. Menyukai nonton film apa saja, tergantung suasana hati.