Batu Keberuntungan

Aku ndak terbiasa mengenang mantan. Baik yang sudah jadian atau baru gebetan. Ketika rasa suka sudah selesai, ya sudah, ndak ada perlu dibahas-bahas atau disesalkan. Namun, aku akan tetap mengingat beberapa kenangan bagus dan indah. Kenangan-kenangan ini sangat membantu: all be forgiven because we have been happy. Kemudian melanjutkan hidup. 

Ndak semua kenangan dan kebaikan mereka yang pernah aku sukai layak aku bicarakan, tapi, memang ada beberapa yang sejauh ini sangat berkesan. Adalah kenangan conversation about Voltaire's essay di post sebelumnya dan batu keberuntungan, yang sekarang aku bagikan.

Aku sempet menjalin hubungan beda negara nda cuma beda agama. Sebut saja Mr. O. Mr. O ini type tourist yang cukup aktif jalan-jalan. Jadi, waktu itu Mr. O pergi ke Mesir, Afrika. Sehabis dari sana dia ke Bali buat temu aku dan kencan. Aku bertanya banyak hal tentang perjalanannya. Tapi dia bukan type yang suka cerita, ya, emang dia nda terlalu banyak bicara juga. Barangkali dia seorang introvert. 

Kita pergi makan malam. Sehabis makan dan saat aku mau pulang, dia mengambil tanganku dan menaruh batu kecil berwarna aqua pada telapak tanganku.

"What is dis?"

"Old women gift me dat when I was in Egypt. She said it lucky stone"

"Owh. Sound nice"

"Its for you"

"Eh? Emoh ah. If this stone be mine you dont have lucky stone anymore"

"I don't need it"

"Why?"

"Because you are my lucky"

Yalord. Saat itu aku benar-benar meleleh macam keju mozzarella. Itu flirting sama sekali ndak zonk. 

Bertahun-tahun aku masih simpan batu itu sampai sekarang di dalam kantung jacket denim yang dia berikan. Aku nda percaya batu keberuntungan. Aku menghargai kenangan dan kebahagiaan saat itu-yang sangat layak buat aku simpan, nda peduli bahwa Mr. O xbf atau bukan.

Pada akhirnya, aku ndak ingin menjadi keberuntungan, aku hanya ingin menjadi sesuatu yang tepat, agar supaya saat nasib beruntung itu datang, aku telah siap~