The Great Gatsby; Ulasan Mayasitha yang akan selamanya membela Daisy.
By mayasithaarifin.blogspot.com - Minggu, September 19, 2021
Sastra adalah cerminan kehidupan, yang berarti bahwa bagaimana masyarakat mempengaruhi tingkah laku individu dapat direfleksikan dalam sebuah karya sastra (Wellek & Warren, 2013: 98).
The Great Gatsby diterbitkan tahun 1925 menceritakan New York 1922. Fetzgerald mencerminkan peralihan Amerika pasca Perang Dunia I. Perang Dunia I membuat Eropa hancur dan menandai Amerika sebagai negara adidaya. Pada 1920 Amerika menikmati ledakan ekonomi; tingkat pendapatan, pertumbuhan bisnis, perdagangan saham, dan lain-lain.
Cerita ini diawali oleh si narator, Nick Carreway pindah ke New York -- ke salah satu daerah di Long Island yang disebut East Egg. Disana dia mempunyai tetangga misterius, kaya raya -- yang tiap minggu mengadakan pesta meriah, Jay Gatsby, si protagonis dalam cerita ini. Seiiring perkembangan novel, Nick semakin ditarik ke dalam dunia Gatsby yang rumit, dan penuh kebohongan akan masa lalunya. Dalam kemegahan, kejayaan dan kesuksesan Gatsby kita akhirnya mengetahui apa yang paling dirindukan dan diinginkan olehnya; Daisy, cinta masa lalu Jay, sepupu cantik Nick, istri seorang artistokrat kaya raya dari keluarga terpandang, Tom Buchanan.
Fitzgerald menggambarkan kelas sosial New York melalui cerminan wilayah antara East Egg dan West Egg. West Egg ditampilkan sebagai wilayah untuk orang kaya baru dengan selera norak yang mencolok. Sementara East Egg ditampilkan sebagai wilayah untuk para aristrokrat, konservatif, dan menolak status quo. Antara West Egg dan East Egg dipisah oleh danau kecil dan lembah yang dilewati oleh kereta api.
Mulai awal 1920, pemerintah AS mulai memberlakukan Amandemen ke 18 tentang larangan penjualan minuman keras. Larangan penjualan minuman keras tidak menghentikan orang mengomsumsinya. Larangan ini menciptakan pasar gelap, hal yang dimanfaatkan oleh Gatsby dan rekannya membangun bisnis illegal yang membuatnya kaya raya mendadak. Kelas orang kaya baru seperti Jay Gatsby memicu kecemasan di kalangan plutokrat kelas atas seperti Tom Buchanan.
Bagaimana keadaan perempuan pada saat itu?
"Her voice is full of money" Gambaran Jay Gatsby untuk Daisy Buchanan.
Pada masa itu gerakan perempuan fokus lebih tertuju kepada perjuangan hak perempuan untuk dapat memilih. Pada 1920 diloloskannya Amandemen ke 19 ke dalam Konstitusi perempuan mempunyai hak suara dan bisa memilih. Dampak emansipasi wanita 1920 ini mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, terjadi revolusi perubahan yang cepat dari kehidupan sosial yang tradisional ke kehidupan sosial yang modern ditandai dengan pergaulan bebas, model pakaian yang lebih berani, pesta, foya-foya, dan lain-lain. Namun hak-hak tersebut tidak dibarengi oleh semangat berpolitik. Pada waktu itu banyak kaum wanita yang menganggap bahwa politik merupakan hal tidak berguna (Hargosewoyo, 1991: 401). Dengan demikian kaum wanita telah beremansipasi dari rutinitas ke kehidupan menurut seleranya sendiri (1999: 402).
Tokoh perempuan dalam novel ini ada Daisy Buchanan, Jordan Barker dan Martyl Wilson. Martyl Wilson adalah perempuan simpanan Tom Buchanan. Dia adalah istri pemilik garasi di lembah antara West Egg dan East Egg, George Wilson. Sebenarnya Daisy tahu kalau suaminya berselingkuh, tapi untuk keadaan perempuan pada era materialisme saat itu, yang bisa dia lakukan sebagai perempuan dan istri adalah berpura-pura naif, bodoh, dan demi mempertahankan rumah tangga dengan suami kayanya, dia mengaku sebagai seorang katolik yang tidak percaya perceraian padahal dia bukan seorang katolik.
Masyarakat saat itu walaupun merayakan emansipasi perempuan, tapi perempuan masih sebagai sebuah objek. Satu-satunya tokoh perempuan yang paling bebas dalam cerita ini adalah Jordan Barker. Jordan Barker ditampilkan sebagai tokoh perempuan modern, mandiri, single. Dia seorang atlet golf dan suka bermain dengan banyak lelaki. Namun masyarakat seperti tidak 'welcome' terhadap keberadaannya.
"I am glad its a girl. And i hope she'll be a fool - thats the best thing a girl can be in this world, a bautiful little fool" Harapan Daisy untuk anak perempuannya.
Kita benar-benar diajak melihat klasisme dan materialisme pada saat itu. Dan hal inilah yang membuat Daisy lebih memilih Tom daripada Jay - yang menjadikannya sebagai tokoh antagonis dalam novel ini.
Klimaks cerita ini adalah kecelakan mobil yang dikendarai oleh Daisy menabrak Martyl hingga tewas. Jay mengaku bahwa dialah yang mengendarai mobil dan menabrak Martyl. Sebuah pengakuan yang menyebabkan Jay menuju ke kematiannya. Ia ditembak oleh George Wilson di kolam.
Mengapa Daisy tidak bersalah atas kematian Gatsby?.
"It's time for this women to take responsibility for her actions. Daisy Buchanan may not have fire the gun, but she is certainly guilty for killing Jay Gatsby, because when she chose Tom over him, she stopped his heart. Therefore he was dead long before the bullet ever entered his body" tutup Fabiola yang membuatnya menang dalam sidang literatur kelas akademik Mr. Kulkarni dalam salah satu episode di series Never I Have ever.
Kita tidak bisa begitu saja menyalahkan Daisy atas kematian Jay Gatsby. Adapun Daisy lebih memilih Tom daripada Gatsby bukan sebuah kesalahan. Kesalahan ada pada kelasisme, kapitalisme dan materialisme era 1920. Sebagai perempuan Daisy dituntut realistis dalam mengambil keputusan untuk bertahan hidup. Daisy tidak sepenuhnya antagonis, kebohongan Jay akan cerita masa lalunya, bisnis di pasar gelap, serta egonya sebagai laki-laki patriaki baru kaya -- yang tidak dapat merelakan Daisy yang sudah hidup mapan dengan pilihannya -- bisa dijadikan pertimbangan Gatsby tidak sepenuhnya protagonis.
Lewat ironi kisah cinta Gatsby, Fitzgerald seperti meramalkan konsekunsi dari romansa Amerika pada saat itu dengan kapitalisme dan materialisme akan berakhir dengan kekecewaan-kekecewaan. Kemakmuran Amerika pada masa itu berakhir di tahun 1929 dengan jatuhnya pasar saham dan dimulainya era depresi hebat.