Rasanya uda lama banget ga review buku. Bilangan Fu karya Ayu Utami ini adalah n
ovel ke-23 yang terbaca dan terselesaikan di 2018. Entah, tapi novel ini highly recommend, novel ter-ter-ter, bahkan menurutku pribadi novel ini lebih ter(kesan) dibanding Anak Bajang Mengiring Angin dan Dwilogi Rahvayana yang aku selesaikan di tahun ini.
Bilangan Fu, awalnya aku kira pas baca di halaman awal, ah, paling ini cuma kisah Yuda, si pemanjat dengan segala taruhan gilanya yang mana taruhan gilanya ini ngingetin aku sama salah satu cerpen karya Roald Dahl, Man From the South, nyatanya ga, pokoknya novel ini keren parah. Dan parahnya, ending novel ini sangat mengharukan dan bikin nangis-nangis bombay. Kisah cinta dan persahabatan antara si tokoh utama, Yuda dan kekasihnya, Marja, serta sahabatnya Parang Jati ini sangat liar. Yang barbar jangan baca, karena keliaran dan fantasi di novel ini ga cocok buat kalian yang ga open minded. Dulu pernah baca sekali karya Ayu Utami, cerpen di koran tempo yang judulnya Setan Murat, dan ini novel pertama karya Ayu Utami yang aku baca dan langsung bikin jatuh cinta. Serius dibikin speechless banget.
Tokoh Utama dalam novel ini ada tiga, yaitu Sandi Yuda, Parang Jati dan Marja (baca: Maria). Dalam novel ini memakai sudut pandang orang pertama, si Sandi Yuda.
Sandi Yuda adalah pemuda awal dua puluh tahunan yang hobi panjat tebing dengan 11 kawannya, dan 12 termasuk dia. Dia dan kawannya memanjat dengan cara "kotor" sampai suatu ketika dia bertemu dengan Parang Jati, mahasiswa Geologi yang lebih tua dari dia tiga tahun. Dan semuanya berubah...
Pada suatu hari Yuda bermimpi tentang Bilangan Fu dan menjadi misteri, tapi seiring perjalanan waktu, terutama pengalaman-pengalaman yang dialami bersama Parang Jati (khususnya) misteri-misteri ini menemukan jawabannya perlahan.
Jadi, aku coba noted Bilangan Fu ini;
1. Antara Yuda dan 11 orang dia team panjat tebingnya menghasilkan rumus tentang kesetiakawanan dalam pemanjatan yang saling menanggung keselamatan satu dengan yang lainnya, yaitu, satu nyawa dibagi dua belas nyawa sama dengan satu nyawa dikalikan dua belas nyawa sama dengan satu nyawa.
2. Antara Yuda dengan kekasihnya, Marja, menghasilkan analogi yaitu, cewe itu kayak nol, dan cowo itu kayak satu, pas jadian menghasilkan bilangan fu.
3. Antara Yuda, Tuhan dan hal-hal spiritual yang dia renungkan. Bilangan Fu itu bukan nol yang kosong, tapi, kosong sekaligus penuh, tidak berupa, tidak berbatas, tidak berbanding dan Maha.
4. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Bilangan Fu, cerita cinta, persahabatan, dongeng-dongeng lokal yang kita punya, sejarah yang kita punya dan hal-hal spriritual dalam satu paket yang dikemas ga biasa, kritis.
Sebenernya ada banyak quote yang aku bold di novel ini, cuma yang bener-bener berkesan yang ini,
"Bagi orang-orang yang telah berpikir tapi lebih menyukai agama langit ketimbang agama bumi, maka inilah tawarkan saya: "laku-kritik", "spritualisme-kritis". Kebenaran biarlah berada di langit. Kelak kita akan mengetahuinya, misteri itu, ketika waktu kita telah tiba. Tapi hari ini bumi membutuhkan kebaikan kita. Maka marilah kita berbuat baik kepada bumi. Sebab di langit itu tidak membutuhkan belas kasih kita"
Ini catetan kecil aku pribadi mengenai buku ini, kalo ada yang pernah baca dan mempunyai noted yang lain, mungkin bisa kali ya saling sharing di komentar (?).
0 komentar