Jojo Rabbit: Fanatisme dan Kemanusiaan
By mayasithaarifin.blogspot.com - Senin, Januari 27, 2020
Film ini sebenernya sudah lama saya tonton. Tapi, mumpung lagi mood review, tryin to.
Film yang ditulis dan disutradarai oleh Taika Waititi berdasarkan buku Caging Skies yang ditulis oleh Christine Leunen ini berhasil membikin saya tertawa dan meringis dalam waktu bersamaan. Film ini berhasil terpilih as one of the ten best films of the year oleh National Board of Review and the American Film Institute di 2019 lalu. Belum lagi penghargaan lainnya yang bisa kalian gugel sendiri.
Ada banyak sekali ulasan positif tentang film ini. Tapi, disini saya hanya akan membahas satu, yang menurut saya paling relevant dengan kita saat ini.
Ini komedi kedua tentang satire Hitler yang saya tonton setelah Alternatif History, salah satu episode Love Death And Robot by Netflix. Film ini mengingatkan saya pada salah satu acara yang diisi oleh Yenny Wahid. Di UWRF 2018, di event Yenny Wahid-Againts All Odds, disana Yenny Wahid mengungkapkan keresahannya terhadap banyaknya pemuka agama yang ceramahnya memberikan imajinasi ketakutan ke para jamaah yang mendengarkannya. Mereka, para jamaah diberi Imajinasi ketakutan tentang hal yang mereka ga kenal, mereka ga tahu, mereka ga ketemu, tentang sesuatu yang sudah ga ada atau mungkin ga ada sama sekali, ataupun tentang sesuatu yang mereka ga pahami. Menurut Yenny Wahid ada 5 urutan imajinasi ketakutan yang ditanamkan para pemuka agama dan dirawat dengan baik, di antaranya; Issue PKI, LGBTQ, Yahudi, Syiah dan Ahmadiyah.
Film ini, kurang lebih sama, bagaimana sistem kanan-totalitarian Nazi menanamkan imajinasi ketakutan ke rakyat Jerman tentang Yahudi, khususnya di kalangan anak-anak. Mereka dididik sedemikian rupa untuk membenci Yahudi dan menjadi fanatik, bagaimana mereka ditanamkan Yahudi adalah monster seram, nenek sihir, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya, mereka diajarkan tanpa diberi kesempatan untuk mengkritisi.
Jojo Rabbit sangat fanatik sekali terhadap Hitler dan membenci Yahudi. Yahudi memang harus dibunuh hanya karena mereka Yahudi. Hingga pada suatu hari mengetahui bahwa Ibunya menyembunyikan seorang anak perempuan Yahudi di balik tembok kamar rumahnya. Tentu saja dia kaget karena seorang Yahudi yang dia lihat adalah manusia biasa sebagaimana dia.
Disadari atau tidak, kefanatikan ini membunuh kemanusiaan itu sendiri. Bagaimana Nazi melakukan kejahatan genosida terhadap Yahudi.
Film ini lucu sekali, tapi bagi saya, how they demonizing their enemy in their imagination ini relevant sekali dan benar-benar membikin saya seketika teringat sama ceramah Yenny Wahid.
Padahal akses informasi sudah banyak sekali, pergaulan melalui media sosial juga sudah bebas sekali, tapi kebanyakan kita masih nyaman menutup diri dan merawat imajinasi ketakutan terhadap lima issue yang Yenny Wahid sebutkan. Dan lagi, padahal negara kita adalah negara demokrasi dan bukan kanan-totalitarian seperti Nazi. But why we dont use it to digging our information and knowledge about these five things?.
Di Indonesia kan PKI yang melakukan kejahatan membunuh jendral, May? Iyah, tapi belum terbukti sampai sekarang, yang sudah terbukti kita yang melakukan kejahatan genosida terhadap orang-orang yang tertuduh PKI. Atau kefanatikan kita yang membuat warga syiah sampang mengungsi. Kefanatikan kita yang membuat para LGBTQ ga tenang dan ga bahagia hanya karena mereka LGBTQ. Dan lain sebagainya. Dan lain sebagainya. Kenapa sih kita ga mulai mengkritisi ini?