How Fiction Works

By mayasithaarifin.blogspot.com - Senin, Desember 16, 2019


Jangan remehin cerita fiksi anak-anak. Sejak jaman dahulu kala sebelum orang menulis, orang bercerita. Cerita-cerita itu dituruni secara turun-menurun sampai ke kita sekarang. Cerita fiksi anak-anak mengajarkan anak untuk berfilosofi dalam imajinasi-imajinasi. Syarat utama cerita fiksi emang dapat mengubah pembacanya. Cerita fiksi membikin kita secara ga sadar memberi prespektif dalam memandang kehidupan dan kemanusiaan. Dari cerita fiksi anak-anak kecil itu dapat mengenal dunia dan mendapat informasi dan mengelolanya menjadi sebuah pengetahuan dan kesadaran. Dari sana mereka mendapat inspirasi.

Bayangin aja, apa yang didapat anak-anak kecil nan bahagia yang masih mencintai semua hal pas dijejeli cerita-cerita siksaan api neraka atau azab-azab Tuhan kalau mereka tidak menjadi manusia patuh?
Bayangin aja, apa yang didapat anak-anak kecil perempuan yang bahagia dan masih mencintai semua hal saat diceritakan bahwa bagian tubuh mereka adalah ancaman bagi kerusakan semesta kalau tidak ditutupi atau disembunyikan?

Jangan heran, pas gede ketemu orang julidan pas kita ga sama dengan standart moralnya. Untuk perempuan, jangan heran pas gede ketemu orang julidan dan bilang kita ”cewe rusak” saat kita pakai baju yang ga nutupi salah satu bagian tubuh kita dan tidak seperti mereka. Imajinasinya penuh dengan imajinasi ketakutan. Kalau kata Yoda-nya Star Wars; Fears is path of the dark side. Fears leads to anger, anger leads to hate, hate leads to suffering. Jangan heran kalau mereka julid mulu, protest mulu, mara-mara terus, karena mereka ketakutan, menderita dan tidak bahagia.

Sekian dari saya si pecinta karya fiksi!
Respectfully 
Mayasitha 

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar

  1. iya emang harus ya jadi manusia itu senormal2nya?
    padahal tiap manusia itu pasti berbeda

    BalasHapus