Kamu Sedang Berduka atau Sedang Melankolia?

By mayasithaarifin.blogspot.com - Rabu, November 20, 2019

Sigmund Freud  dalam buku Mourning and Melancholia membedakan antara duka dan melankolia. Duka itu reaksi ilmiah seseorang ketika kehilangan yang dia cintai. Tetapi duka punya batas. Pada suatu waktu yang berduka bakal berdarmai dan menyadari apa-apa yang ngga kembali. Tetapi kalau melankolia, orang itu mengubur "apa yang hilang" itu dalam egonya. Bagian diri yang terkontaminasi "objek kehilangan" itu rentan jadi sasaran kritik dan penghakiman. Dengan kata lain, selain kesedihan, melankolia mengandung perasaan bersalah.

Jadi kamu lagi berduka atau lagi melankolia?

Apa melankolia segitu ga bangetnya?

Dalam buku Istanbul; sebuah memoar oleh Orhan Pamuk, penulis kesayangan kita semua dan peraih Nobel sastra 2006, dia membahas melankolia ini tapi mengatakannya dalam bahasa lain-adalah huzun. Huzun dalam bahasa Turki artinya kemurungan, memiliki akar kata dari bahasa Arab dan maknanya berkembang.

Menurut Alkindi, huzun diasosiasikan ga cuma dengan kehilangan yang kita cintai tetapi juga dengan penderitaan-penderitaan, spiritual lain seperti kemarahan, cinta, kebencian dan ketakutan yang ga berdasar. 

Melankolia walopun "apaansihanying" tapi juga sebenernya membuka jalan menuju kesendirian yang membahagiakan. Burton memandang kesendirian itu sebagai inti, esensi dari kemurungan. Sedangkan Pamuk sendiri menggambarkan huzun sebagai "melihat diri kami sendiri yang terpantul".

Dalam buku ini, beliau jelasin huzun sebagai melankolia kolektif, dialami berjamaah oleh orang Istanbul-pasca runtuh, dan beliau nyampei huzun ini indah banget.

"Huzun mengajarkan kesabaran pada masa-masa kemiskinan dan kekurangan, dia juga menyemangati kami untuk membaca kehidupan dan sejarah kota secara terbalik. Huzun memungkinkan penduduk Istanbul untuk berpikir tentang kekalahan dan kemiskinan bukan sebagai titik akhir sejarah, melainkan sebuah awal terhormat yang telah ditetapkan lama sebelum mereka lahir"

Jadi, melankolia ini emang menyedihkan tapi dia  melahirkan kritik terhadap diri sendiri dan pembelajaran serta ada harapan. Walaupun kesadaran ini kok nyebelin sekali datengnya  belakangan kayak perasaan ditinggal pacar pas lagi sayang-sayangnya? Huzun ini ga cuma berlaku ditinggal pacar pas lagi sayang-sayangnya, apapun itu deh pokonya yang kita cintai menghilang entah itu karena kematian atau karena ditinggal sepihak-terus bikin kita galau bukan cuma duka. Karena kembali lagi kalau duka ada batas waktunya tapi kalau melankolia ga... dia tertanam dalam bagian tubuh kita-yang juga-ngebikin kita menjadi lebih mawas diri setelahnya.

  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

  1. Gatau saya gak ngerti sama perasaan sendiri.

    BalasHapus
  2. Wah, baru tahu juga kalo ada bedanya gini. Kalo sekarang banget kayaknya lagi berduka. Soalnya HAMPIR AJA DITABRAK MOTOR ASTAGAA PADAHAL LAMPU MERAH INI LAKNAT MEMANG MANUSIA MANUSIA DI MUKA BUMI. *lalu emosi :p

    BalasHapus