Sebulan lalu aku masuk di group kelas dan diskusi kepenulisan. Di group itu kami belajar macam-macam tentang kepenulisan. Yang paling sering teman di group men share puisi-puisi mereka. Yang mana membuatku tiba-tiba saja ingat tujuh tahun yang lalu, saat aku masih duduk di kelas sebelas. Aku mempunyai pacar pertama, pacar yang mana aku ga tau apa aku suka beneran sama dia atau ga. Yang aku rasakan saat itu karena aku ga nyaman menjadi jomblo dan belum pernah pacaran.
Anggap saja namanya Rangga, ya dia seperti Rangga di AADC yang pintar buat puisi dan juara kelas, hanya saja dia adik kelas aku. Kita dekat karena project pameran sekolah, yang saat itu dia menjadi panitia juga. Aku suka dia, aku suka karena dia pintar. Aku pernah baca puisi buatannya yang saat itu dilombakan, puisinya bagus.
Entah bagaimana kami jadian, dia sering ke kelasku ketika jam istirahat. Satu-satunya yang merasakan kejanggalan saat itu adalah Atsna, dia sahabat dekatku.
''Kamu terlalu terburu-buru ngambil keputusan'' tegurnya waktu itu.
''Ya aku musti gimana?''
''Ya kamu gimana? Kamu jahat'' saat itu aku hanya diam. Aku sadar aku salah. Jadian sama Rangga adalah kesalahanku, aku dan dia bukan karena aku naksir dia.
Aku ingat dia suka buatin aku puisi, yang aku sudah lupa apa aja, tapi memang aku suka puisi. Aku suka Sapardi Joko Damono, aku suka puisi Situr Sitomorang atau Mustofa Bisri. Aku suka baca puisi di koran harian Jawa Post edisi Minggu. Aku suka puisi, hanya saja aku ga nyaman ketika Rangga membuatkan aku puisi-puisi. Apa karena aku ga ada feel sama dia?.
Padahal Rangga anak yang baik, kalem, tapi emang benar adanya kebanyakan cewe malah suka sama cowo yang agak badboy dan aku lupa saat itu aku sedang naksir siapa, pastinya bukan naksir Rangga meskipun aku suka dia, karena dia baik, juara kelas dan pintar buat puisi mungkin. Bukan berarti aku naksir kan?. Hanya kagum.
Dua minggu kemudian aku memutuskannya. Ya, aku jahat.
Kadang aku berpikir, kalau suatu hari diberi kesempatan ketemu dia, aku pengin nyapa dan minta maaf atas kejadian waktu itu, yang akupun ga tau apa dia masih mengingatnya atau sudah melupakannya. Atau aku hanya ingin menyapanya saja sebagai seorang yang pernah saling mengenal, setidaknya kita teman satu almamater. Yang jelas, dia mempunyai kesan sendiri di memori aku. Dia cowo pertama yang ngelihat aku saat aku ga terlihat.
Dari semuanya, aku belajar untuk lebih memilah yang mana perasaan kagum, yang mana naksir, yang mana suka, yang mana jatuh cinta. Intinya aku belajar, aku ga boleh lagi sembrono ngambil keputusan, terutama menyangkut hati. Cinta berepuk sebelah tangan ataupun patah hati itu ga enak. Dan kita harus belajar bijaksana menyikapinya.
Dan aku belajar juga, aku suka puisi tapi aku emang ga nyaman ketika cowo yang aku suka buatin aku puisi. Mungkin karena aku tipe cewe realistis.
Kadang aku bingung, sebenarnya saat itu aku memutuskan dia, apa karena puisi-puisi yang dia buat untuk aku?. Entahlah, aku juga lupa.