Fatwa Tukang Becak, Antalogi Cerita Emha Ainun Nadjib dkk
By mayasithaarifin.blogspot.com - Kamis, Agustus 17, 2017
Ini sebenranya aku ga
tau mau nulis review apa, abisnya aku baca buku ini otaknya seperti tak sampai,
tapi karena bukunya seru jadi yah baca aja sampai selesai.
Awalnya aku sedang
enak-enak baca Sang Alkemis dari Paulo Chaelo rekomendasi dari seseorang
kesayangan. Tiba-tiba temen wassap “May, mau ga?” sambil kirim gambar ini buku.
Hal yang pertama aku lihat selain Emha Ainun Nadjib adalah Goenawan Mohamad dan
Putu Wijaya. Hati seketika histeris dan tangan langsung ngetik “Mau, nanti
pulang kerja aku ambil”. Dan Sang Alkemis dikesampingkan dulu.
Aku sudah tahu buku ini
bakal yang sosialis banget, jadi pas buka halaman pertama “Aha!”. Yah… yah ntuk
selanjutnya, halaman demi halaman saat sampai di Goenawan Mohamad “Ini
maksudnya apa?”. Aku langsung bodoh. Sosialis-realis. Asli.
Tapi Ok, coba bahas
satu-satu sambil tarik napas dalam-dalam. Dimulai dari:
1. 1. Emha Ainun Nadjib
Ada
Sembilan tulisan pendek dia dalam buku ini. Tulisan-tulisan yang seperti biasa,
mencerahkan. Aku ga tahu musti bilang apa, tapi saat baca tulisan dia aku
menangis. Tulisan-tulisan dia, tulisan
kesadaran yang dia dapat dari membaca keadaan yang sederhana yang malah suka
sekali kita abaikan, dan semua itu dihubungkan dengan kecintaannya kepada
Tuhan. Tulisan mana lagi yang romantic?
Fatwa
Tukang Becak ini salah satu tulisan dia dari buku “Secangkir Kopi Jon Parkir” Mizan, Bandung,
1996. Yang mana di tulisan ini dia bercerita bahwa si tukang becak yang ga
sengaja dia temui ini guru yang mengajarkan sesuatu kepadanya dari ceplosan
yang ga sengaja dia lontarkan, kemudian ceplosan itu membuat dia berpikir dalam.
Jadi
ini yang-bahkan seorang Emha Ainun Nadjibpun-sesederhana ini? Lah kita…..
retjeh suka mengabaikan hal-hal yang kita anggap ga pentinglah, padahal-yang
mungkin itu penting banget.
2. 2. Goenawan Mohamad
Ada
lima tulisan dia di sini. Yang aaaahhh.. aku bodohlah. Aku ga bisa koemntar
apa, selain bahasanya berat, bahasannya pun juga sama, berat juga. Dan ada satu
tulisan dia di sini yang berjudul Batman-yang mengingatkan aku akan seseorang
yang pernah bilang kalau dia ingin jadi Batman. Lah,,, ini bagaimana sih, May?
Kok jadi kebawa baper. Skip.
Jadi
aku suka tulisan dia yang judulnya Da Vinci di buku ini, aku suka.
“Sepotong
catatan Leonardo Da Vinci, di akhir abad ke-15
“,,, manusia, yang dengan rasa ingin
tahu yang riang berharap mendapatkan musim semi baru, musim panas baru, dan
bulan-bulan yang baru selamanya… tak tahu bahwa dalam kerinduannya itulah
terbawa kuman kematiannya sendiri.”
Dan
dia menjelaskan makna yang ditangkap dari potongan catatan tersebut. Aku suka
cara pandangnya. Sebenarnya aku suka dia sudah lama, apalagi saat aku tahu dia
adalah orang penting dibalik Tempo. Kemudian makin terenyuh dengan tulisan dia
di situs melela.com, tulisan seorang ayah yang tahu bahwa anak perempuannya
lesbi. Jadi yang…….
Aku
ga bisa menjelaskan, jadi kalau penasaran baca sendiri aja.
3. 3. Mahbub Djunaedi
Yah
aku ga mengerti semua tulisannya, tapi bagus. Lah gimana dong ini? Abis gimana,
walaupun ga ngerti tapi tulisan dia seru aja dibaca. Orang pinter kalau nulis
kita ga paham tapi bisa bikin kita asyik emang ya.
Ada
empat tulisan dia disini. Dan di salah satu tulisannya ada yang ngenak banget
kayaknya buat aku yang bego ini:
“Ada
masa, tidak semua mulut dianggap jelek. Lihat- lihat mulutnya dulu, tidak bisa
dipukul rata. Mulut siapa yang jelek? “Perempuan?” Bah. Kalau sebelah kakiku
sudah di lubang kubur, barangkali bisa kupercaya omongan mereka itu, yang tak
punya bakat seni ataupun politik” Kata Nietzsche” Hal 76.
Dan
iyah, aku bahkan ga bisa mencerna tulisan sosialis-realis yang berbau politik
disini.
4. 4. Mohamad Sobary
Ada
empat tulisan dia disini yang emang menggugah kesadaran, salah satunya yang
berjudul Anjing. Waw, ini maksudnya apa? Sarkas? Ga, sumpadaaaa. Tulisan ini
keren banget, tulisan yang terilhami dari salah satu sepotong cerita tentang
Kakak pertama Pandawalima- Mahabrata, Puntadewa dengan anjingnya.
Ah
pokoknya, ini tulisan keren punya.
5. 5. Ahmad Tohari
Tulisan
dia disini,,,, yah tapi di buku ini semua tulisan keren sih, dan mereka emang
orang keren. Ada dua tulisan pendek Ahmad Tohari disini, dan salah satunya
adalah cerpen. Sebuah cerpen yang, ironi.
6. 6. Kuntowijoyo
Siapa sih yang ga tahu doi, walaupun wafatnya sudah lama, tapi karya-karyanya masih suka kepajang di took buku. Ya ga? Yak an? Jadi yang no coment ajalah aku, ketauan bodo sih. Yang jelas dua tulisan di sini kerennya badai.
7. 7. Putu Wijaya
Oh
my God….. favorit dari jaman ingusan dia mah. Inget dulu cerpen-cerpen dia suka
muncul di buku paket pelajaran Bahasa Indonesia dulu. Di buku ini ada dua
cerpen dia yang keren. Dan kapan sih beliau ini ga keren?
Jadi
pas baca tulisan dia disini sudah berasa dibawa ke kenangan jaman sekolah. Mellow.
8. 8. Arswendo Atmowiloto
Wartawan
yang bernama asli Sarwendo ini emang yang….
Lah
, gimana sih ini. Kok jadi setengah-setengah. Abis speechless gitu yah mau
ngomong apa ini saya.
Jadi
dua tulisan dia disini, salah satunya yang berjudul “Tanah Ini Milik Abang ya?”
tulisan yang apaan sih? Tapi juga,,, aakkk lutjuuuu
Juga
yang “Masih ada Bulan di Malam Lebaran” yang berhasil bikin termewek. Udah gitu
aja.
____
So
guys, post ini emang agak panjang. Dan dari nomer satu sampai nomer delapan
adalah orang-orang hebat yang menginspirasi. Jadi seperti biasa, ini buku emang
rekomendasi banget buat dibaca. Sekian dan terima kasih sudah nyempatin baca
tulisan dan review sampah ini, kalau
pengen lempar sandal jangan, lempar komentar ataupun sumpah serapah, ga
apa-apa, pake koreksi diri dan tulisan aku sendiri supaya bisa lebih belajar
dan memperbaiki lagi dan lagi.
3 komentar
Waduh nama-nama yang tak asing lagi ya, percaya deh karya mereka tentu luar biasa
BalasHapussalah satu ceplosannya kaya gimana sih mba may?
BalasHapusFatwa tukang becak.
BalasHapusKayaknya aku harus mengoleksi nih buku. Dari reviewnya, sepertinya keren banget untuk direnungi. Hehe