Trilogi His Dark Materials-Peperangan Melawan Tuhan

By mayasithaarifin.blogspot.com - Kamis, Januari 09, 2020


Bagi saya His Dark Materials trilogy ga cuma sekedar novel fantasy, tetapi juga about cosmos, metaphysics yang membahas causality, possibilty mengenai eksistensi, ruang, waktu, dan relasi keberadaannya. Walaupun tokoh utama dalam novel ini seorang anak kecil perempuan bernama Lyra Balacqua  dan seorang anak laki-laki menjelang akil-balig bernama Will Parry, tapi cerita ini sama sekali bukan untuk anak kecil. Damn, this story about how to kill God, petualangan melawan lembaga keagamaan yang kanan-otoritas. Tepatnya novel ini adalah cerita memerangi "kerajaan" Tuhan.

One said,  kalau mau mengkritik sesuatu yang bikin bahagia dan bukan tersinggung tetapi masih tetap menancap di otak dan hati adalah dengan mendongeng, and hail para penulis dan penyair. Pullman berhasil bikin matafora yang indah, seru, dan yang paling penting adalah membuat kita sadar.

Pullman mengambarkan manusia di salah satu belahan alam semesta yang beyond our imagination-mempunyai demon, binatang yang selalu bersama kita. Karakter demon ini bisa berubah menjadi binatang apa saja ketika kita masih kecil, tetapi dia akan menetap menjadi satu karakter binatang ketika kita dewasa, binatang itulah yang menggambarkan siapa kita. Peraturan paling dasar adalah tidak boleh menyentuh demon orang lain karena hal itu sangat menjijikkan.

Di dunia dimana manusia dan demon berada, diam-diam ada konflik untuk merebut kekuasaan yang tunggal. Untuk mendapat kekuasaan yang tunggal itu lembaga keagamaan berupaya melakukan pemotongan anak-anak dengan demonnya, hal ini akan berdampak ketika dewasa nanti mereka akan menjadi orang-orang yang penurut dan patuh pada lembaga keagamaan. Rencana ini diketuai oleh seorang nyonya cantik bernama Mrs. Coulter yang mempunyai demon seekor monyet berbulu emas. Di lain sisi, ada seseorang yang tidak setuju dengan keotoriteran lembaga kegamaan bernama Lord Asriel dengan demonnya, macan tutul, seorang bangsawan penting di sebuah Akademi bernama Akademi Jordan. Rencana Lord Asriel adalah memerangi lembaga keagamaan bila perlu Raja di kerajaan Tuhan. Maka untuk menuju ke kerajaan Tuhan dan menyiapkan segala keperluan untuk berperang, dia mencari sponsor dari para bangsawan-bangsawan kaya raya lainnya dengan alasan akan melakukan penelitian mengenai Dust/Debu, suatu hal mistis, sakral dan tabu. Pemimpin Akademi Jordan sudah tua. Dia mempunyai sebuah kompas emas yang bisa menunjukkan apapun. Dia tidak percaya pada siapapun, khususnya para orang dewasa yang dikenalnya, maka di suatu hari dia memanggil Lyra Balacqua dan memberikan kompas emas itu kepadanya. Konflik pertama adalah Lyra Balacqua adalah anak haram dari Mrs. Coulter dan Lord Asriel.

Di dunia di belahan semesta, yaitu dunia kita sekarang adalah anak laki-laki menjelang balig bernama Will yang hidup berdua dengan ibunya yang sakit. Ayahnya, John Parry seorang prajurit yang tiba-tiba menghilang saat mendampingi seorang ilmuan melakukan penelitian. Akhir-akhir ini Will merasa ada dua orang mata-mata yang mengawasi dia dan ibunya yang mengincar tas berisikan surat-surat ayahnya sebelum menghilang. Akhirnya, dia menitipkan ibunya di rumah guru pianonya kemudian mengelabui dua orang mata-mata tersebut yang berakhir kecelakaan yang menyebabkan dua orang mata-mata itu mati. Karena takut, Will kalut, kabur dan menemukan sebuah pintu ajaib yang mengantarkannya ke sebuah dunia Cittagazze, dunia lain di belahan semesta, di dunia Cittagazze terdapat sebuah kota mati, tidak ada orang dewasa di sana. Orang-orang dewasa dimakan oleh makhluk-makhluk bernama Spectre. Anak-anak kecil tidak bisa melihat Spectre maka dari itu mereka selamat. Kota itu dulunya kota yang indah dan normal hingga suatu hari ketika para filsuf secara tidak sengaja membuat sebuah pisau ajaib yang bisa membuka pintu ataupun jendela ke dunia-dunia lain di alam semesta ini. Spectre takut dengan orang yang memegang pisau itu. Pisau itu ada di mercusuar kota yang dijaga oleh kakek tua. Pisau itu memilih tuannya melalui sebuah pertarungan, dan yang dipilih oleh pisau ajaib itu adalah Will Parry. Well, di Cittagazze ini Will dan Lyra bertemu. 

Tokoh favorite saya tentu saja Mrs. Coulter yang sangat anti-hero, she's not hero yet villain neither. I think she is the main character of this novel. Dia tokoh yang bekerja keras dan berperan besar dalam semua konflik dan solusinya.

Pada akhirnya kita tahu, demon adalah analog dari jiwa yang wild, independent and free,  if the Authorities "cut it out",  so they can "control" the man easily. Why their target just children? Karena, anak-anak masih belajar, masih wondering what they want and to be when they adult, jadi kalau jiwa yang dasarnya adalah wild, independent and free itu cut out ketika mereka masih kecil, The Authorities bisa mendidik mereka dengan mudah tanpa bisa dikritik.

Lyra Balacqua berhasil melarikan diri dari praktek pemotongan demon yang membuatnya menjadi buronan utama para Authorities. Authorities percaya dia adalah reprepresentasi dari Hawa yang akan digoda oleh setan-yang akan menyebabkan manusia tidak hidup di "syurga" lagi, apalagi dia mempunyai kompas emas dan mendapat perlindungan dari Raja Beruang bernama Iorek yang mengubah namanya menjadi Lyra Silvertongue karena kepandaiannya berdiplomasi like negotiation and bicara bohong demi kepentingan "politik". Belum lagi para penyihir, orang-orang gipsi ada di pihak Lyra dan tentu saja ada Will yang mempunyai pisau ajaib. Di kerajaan Tuhan, Lord Asriel tidak bertemu dengan Tuhan melainkan hanya Regent-Nya saja yang mendukung kebebasan manusia, di lain sisi, ada juga Regent Tuhan yang lain-yang ingin menguasai, terlibat dan turut campur dengan urusan manusia, Dia ingin mengatur manusia sepenuhnya. Jadi, peperangan ini tidak hanya melibatkan manusia saja, tapi hampir semua God's creature; regent Tuhan, manusia, malaikat, penyihir, hantu, beruang, Spectre, bahkan manusia yang sudah mati yang terperangkap dalam dunia kematian dan tidak bisa bersatu kembali dengan demonnya yang setelah tiada menjadi bagian dari segalanya di alam semesta.

Tentu saja kemenangan dari peperangan tersebut milik jiwa-jiwa yang merdeka dan runtuhnya otoritas. Sungguh novel yang amat panjang lagi njlimet. (tryin to simplifying the whole story. Wqwq) 

Ending dari novel ini ditutup dengan epik, Will kembali ke dunianya, kembali bersama dengan ibunya dan misteri ayahnya yang hilang telah terjawab. Lyra Silverstongue kembali ke Akademi Jordan dengan selamat dan melanjutkan pendidikan untuk mendalami pemahamannya membaca kompas emas. Quote terakhir dalam novel ini such as explained us what the story about, that "Aku ingat. Maksud Kerajaan sudah berakhir, Kerajaan Syurga, semuanya sudah tamat. Kita tidak boleh menjalani kehidupan seakan-akan itu lebih penting dari pada kehidupan di dunia ini, karena yang terpenting adalah dimana kita berada" those are even better than Marx's quote "Die Religion ... ist das Opium des Volkes" .  Yang suka disalah artikan oleh kebanyakan orang (Marx bukan pendongeng macam Pullman, wajar bila ada yang tersinggung) namun Michael Lowy dalam buku Teologi Pembebasan, hal. 55, dia menjelaskan maksud dari quote Marx tersebut dengan "Orang-orang bourjuislah yang telah memutar balikkan agama menjadi candu bagi rakyat dengan mengotbahkan adanya Tuhan yang bertahta cuma di syurga, sementara mereka meraup semua isi bumi untuk dirinya sendiri" thought these two things about the same meaning. 

Dan yang dimaksud debu dalam cerita tersebut itu apasi sampe jadi judul besar trilogi tersebut? Well, sebenarnya aku belum tahu pasti maksudnya apa, tapi sepengertianku sejauh ini,  debu adalah realitas. Anton Barker (1992) membagi pandangan metaphysics menjadi dua aliran, manonisme dan pluralisme. Pluralisme menolak segala bentuk kesatuan, realitas itu majemuk yang terdiri dari pecahan-pecahan material atau titik-titik rohani. Setiap pengada itu berdikari, tanpa kesatuan apapun dengan yang lain. Pada pokoknya, kenyataan itu majemuk dan beranekaragam terdiri dari unit-unit yang yang serba otonom dan tanpa hubungan intrinsik. Demokritus mengatakan bahwa realitas itu terdiri dari atom-atom yang titik tak berhingga jumlahnya. Seperti debu.

Regards
Mayasitha

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar

  1. Kupikir ini sebuah ulasan. Ternyata menceritakan isi bukunya. Ba-baiklah kalau begitu. Terima kasih telah menuliskannya dengan lengkap. Hehehe.

    BalasHapus