Lilith's Bible: Dongeng-Dongeng Alternatif untuk Perempuan yang Baru Datang Bulan

By mayasithaarifin.blogspot.com - Minggu, April 26, 2020

Dari kecil sebagai perempuan beragama  saya sudah diajarkan bahwa perempuan ketika belum menikah adalah milik bapaknya dan setelah menikah adalah milik suaminya. Alasan inilah ketika saya memutuskan tidak memakai jilbab/hijab lagi banyak yang menasihati saya termasuk bapak saya sendiri bilang: tiap lelaki yang melihat rambut saya adalah dosa saya dan dosa bapak saya sebagai penanggung jawab saya di hadapan Tuhan di akhirat kelak , karena saya belum menikah, dan ketika saya menikah nanti, maka suami saya yang akan ikut menanggung dosanya, walaupun berkali-kali saya ngotot meyakinkan kalau Bapak ataupun suami saya nanti bukan Tuhan Yesus yang menanggung dosa manusia lain, karena dosa adalah tanggung jawab masing-masing individu. Tetapi pemikiran dan suara saya tetap salah. Allah mereka memang seseram itu bukan Maha Welas Asih. Atau ada lagi statemen lain yang hype banget digaungkan oleh akun hijrah kekinian: bahwa tubuh perempuan adalah sepenuhnya milik Allah. Intinya dari semua ajaran tersebut  perempuan bukan milik dirinya sendiri. Hal yang jarang saya dengar terkait tubuh laki-laki. Tubuh laki-laki adalah milik laki-laki itu sendiri dengan segala nafsu berahinya yang selalu haus akan tubuh perempuan, maka poligami diwajarkan. Yah, daripada berzina atau memperkosa kan?

Bahkan dari sejak cerita penciptaanpun yang lebih populer sampai membikin anti dan membenci teori evolusi adalah cerita Adam dan Hawa. Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam yang bengkok, maka memang sudah dari sananya perempuan adalah makhluk nomer dua setelah laki-laki,  lebih lemah, baperan, bucinan, harus dididik, musti taat kepada laki-laki dan lain sebagainya.

Cerita ini bahkan mengalahkan ayat lain yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia dari nafsun wahidah atau dari jiwa yang sama. Laki-laki dan perempuan tidak boleh sama, laki-laki harus selalu di depan perempuan karena imam, perempuan harus di belakang laki-laki karena makmum. Perempuan pokoknya harus taat kepada laki-laki. "Sama" adalah milik feminis bukan milik Tuhan. Itu sebab Tuhan menciptakan manusia dari jiwa yang sama tidak begitu populer dibanding cerita Adam-Hawa dan tulang rusuk yang bengkok.

Maka Lilith's Bible atau Kitab Lilith menyajikan cerita lain tentang Adam dan Hawa dengan versi yang jarang diketahui. Bahwa sebelum menciptakan Hawa, Tuhan menciptakan Lilith sebagai pasangan Adam, baru setelah itu Tuhan menciptakan Adam. Tentu saja Adam sebagai laki-laki seperti laki-laki kebanyakan ingin semuanya, tidak mau monogami. Ya kalau bisa poligami kenapa harus monogami? Berbeda dengan Hawa yang lebih penurut,  Lilith tidak mau, dia tidak mau menuruti keinginan poligami Adam. Maka Adam marah dan mengusir Lilith sebagai wanita pemberontak yang tidak taat suami dari Firdaus. Lilith pergi ke Neraka. Di sana dia bertemu dengan Lucifer yang mencintainya dengan tulus lagi setia. Lilith dan Lucifer saling mencintai. Lucifer kemudian memberi Lilith ular sebagai tanda cintanya. Lilith tidak pernah mati, dia pergi mengembara dari waktu ke waktu, dari dimensi satu ke dimensi lain hingga sekarang, membawa kemarahan sebagai perempuan serta dendam.

Ada bab di salah satu novel Nail Gaiman yang berjudul American God. Di bab itu ada scene dimana seorang Tuhan perempuan menelan laki-laki melalui labianya saat bercinta dan laki-laki itu bahagia. Laki-laki itu memuja dan menyembah Tuhan perempuan itu dengan tubuhnya, membiarkan tubuhnya ditelan oleh Tuhan perempuan itu adalah puncak ibadahnya. Itu adalah bab kesukaan saya.

Bagi saya, cerita tersebut seperti puisi, tidak perlu dimengerti cukup dirasakan. Cerita tersebut benar-benar menginspirasi saya sebagai perempuan. Cerita tersebut benar-benar memberikan saya kekuatan sebagai perempuan. Cerita tersebut benar-benar menunjukkan betapa perempuan mempunyai kehendak, kesadaran, kebebasan, dan kekuasaan atas tubuhnya sendiri. Cerita tersebut benar-benar membuat saya merasakan kemanusiaan sebagai perempuan dan manusia.

Dalam buku Lilith's Bible, Hendri Yulius bisa dibilang menyajikan cerita serupa, cerita-cerita bahwa perempuan seperti halnya laki-laki, mempunyai kesadaran, kehendak, kebebasan, dan kuasa terhadap tubuhnya sendiri khususnya dalam hal seksualitas. Selain itu cerita dalam Lilith's Bible ini membikin saya pribadi belajar bahwa cerita-cerita setan perempuan sebenernya adalah hasil  kontruksi masyarakat, khususnya laki-laki terhadap perempuan kuat-yang tidak mau tunduk terhadapnya.

Bab Berahi Perempuan Berambut Ular misalnya, Hendri Yulius menyindir ajaran perempuan dituntut harus sopan, harus menjaga hasratnya sendiri, jangan sesumbar. You know,  sebagai perempuan jangan sesumbar aurat yang bisa memanggil passion paling fundamental laki-laki, tukang perkosa. Maka hanya laki-laki yang boleh. Perempuan yang menunjukkan hasrat digambarkan sebagai perempuan berambut ular seperti Medusa. Ular adalah simbol kenakalan dan kesesatan.

Kemudian ada cerita Kolongwewe, setan perempuan yang digambarkan berpayudara besar dan panjangnya hingga ke paha. Kerjaan kolongwewe adalah menculik anak kecil yang main petak umpet saat sandikala. Hendri Yulius menceritakan asal-usul Kolongwewe sebagai perempuan yang sudah melahirkan banyak anak dengan jarak yang dekat demi keegoisan laki-laki sebagai suami pada masa itu, bekerja di sawah, mempunyai banyak anak, khususnya anak laki-laki adalah rejeki, karena bisa membantunya di ladang kelak, mempunyai anak perempuan, tentu rejeki juga, bisa dijodohkan dengan kolega atau kenalan dengan mahar fantantis. Tapi laki-laki terkadang suka lupa bahwa melahirkan anak satu saja sudah berefek terhadap tubuh perempuan, ya apalagi banyak, ya apalagi ga dimodalin salon. Maka Kolongwewe seperti gambaran seram laki-laki sebagai suami yang sudah muak terhadap istrinya sendiri karena sudah tidak cantik lagi seperti awal-awal menikah dulu. Lol, bagi saya dongeng asal-mula Kolongwewe ini sangat masuk akal.

Dongeng Sebelum Tidur (untuk Perempuan yang baru Datang Bulan) salah satu judul bab adalah main idea dan tema dalam buku ini-bagi saya pribadi. Perempuan butuh dongeng alternatif lain, yang menunjukkan hidup  sebagai perempuan emang ga semudah itu. Banyak amatlah tuntutan ini dunia terhadap kita perempuan. Dunia sejauh ini emang milik laki-laki kok, kalau boleh dibilang, milik laki-laki hetero, bukan milik semua manusia apapun gendernya. Tafsir agama saja lebih pro-laki-laki, giliran ada ulama menafsirkan ramah gender, you whatlah babe apa yang terjadi.... ya apalagi kalau bukan dicap sebagai feminis.

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Tulisannya dalem dan kayaknya penuh kekesalan banget (kalau bukan kemarahan) atas berkuasanya laki-laki atas perempuan di dunia ini. Anyway, khusus buat kalimat terakhir, I think that's one of the reasons why I dont really believe in religion.

    BalasHapus
  2. Yups, kenyataan yang benar terjadi tapi sering dibantah ...
    Laki-laki dan perempuan itu sama.
    Budaya yang membedakan mereka. Religi kadang dimanfaatkan untuk jadi pembenar, padahal terkadang sudah tercampur dengan tafsir yang lebih banyak ketidakadilannya.

    BalasHapus