Salah Satu Dari Beberapa Alasan Mengapa Murakami?

By mayasithaarifin.blogspot.com - Kamis, April 09, 2020


Bukan hal baru lagi kalau saya suka sekali Murakami, bisa dibilang saya suka Murakami setelah kucing dan diri saya sendiri. Awalnya memang tidak mudah membaca Murakami, banyak hal yang tentu saja saya tidak mengerti, tapi anehnya saya suka dan mulai kecanduan membaca dan mengoleksi karya Murakami.


Membaca Dunia Kafka dengan segala cerita Oedipus Complex-nya saya dibikin bingung, tapi cerita Kakek yang bisa berbicara dengan kucing membikin saya selalu bergembira membacanya hingga tamat. Tak banyak hal yang bisa saya katakan tentang Dunia Kafka, karena pada dasarnya saya memang tidak mengerti cerita tersebut.

Kemudian saya membaca Norwegian Wood, mulai mengerti tulisan Murakami dan mulai memahami dia sedang bercerita tentang apa pada novel tersebut. Sesungguhnya Norwegian Wood tidak lebih daripada novel teenlit biasa namun dibungkus dengan begitu surrealis dan konflik pencarian jati diri yang rumit. Tentu saja saya juga mempunyai tokoh favorit dalam novel tersebut, adalah tokoh Midori. Saya selalu suka tokoh Midori seperti halnya saya suka dengan tokoh Iracebeth di Wonderland-nya Lewis Carol.

Teman saya bilang 1Q84 adalah perluasan dari 1984 Orwell, setelah membaca keduanya saya tidak setuju. 1Q84 tidak tentang Big Brother dan Authoritarian. 1Q84 bukan cerita dystopian dan realis. Dia tetap Murakami yang surrealis, dan lagi, menurut saya novel ini sangat feminis, dia membahas tentang kekerasan seksual, dia menyinggung kekerasan seksual yang sengaja dilakukan oleh masyarakat atas dasar kepercayaan yang dianut, dan saya suka bagaimana cerita pembunuhan yang sangat terstruktur dan pembunuhnya adalah seorang perempuan. Saya membaca 1Q84 membutuhkan waktu tiga tahun, satu tahun untuk tiap bukunya dan baru selesai di tahun ketiga. 1Q84 bagi saya termasuk bacaan yang berat, jadi membacanya sedikit-sedikit saat mood sedang maksimal.

Sekarang saya sedang mencoba menyelesaikan salah satu satu novelnya yang fenomenal, Kronik Burung Pegas. Novel ini saya miliki sudah lama sekali. Tapi baru-baru ini saya mencoba untuk membacanya. Novel yang panjang, iyah, hampir mencapai seribu halaman. Baru separuh buku. Sedang progres. Tapi saya tidak tahan sekali untuk membicarakan salah satu bab yang saya suka dalam novel ini. (Gambar Bab saya sertakan di bawah). Saya suka karena di bab tersebut Murakami membicarakan tentang reproduksi manusia, kehamilan. Dalam bab itu Murakami manis sekali dengan tidak menulis aborsi, sebagai gantinya dia menulis operasi pengguguran. Hal ini terlihat lebih baik karena kata "aborsi" stigmanya sudah sangat negatif sekali sekarang ini. Dia membicarakan tentang mempunyai anak memang benar kesepakatan pasangan suami-istri, tapi selebihnya, ini menyangkut tubuh perempuan, jadi keputusan terakhir memang ada pada perempuan, dia mau hamil atau tidak, karena itu adalah tubuhnya. Dia mempunyai otoritas atas tubuhnya sendiri, seperti halnya laki-laki yang mempunyai otoritas terhadap tubuhnya sendiri. Tentu saja, operasi pengguguran bukan hal yang mudah bagi keduanya, ya, apalagi perempuan itu sendiri. Murakami benar-benar menyinggung hal ini dengan penggambaran yang manusiawi-yang mempunyai emosi. Lelaki juga bisa mempunyai emosi seperti halnya perempuan.

Saya teringat dalam salah satu wawancara Murakami dengan Mieko Kawakami di "Feminist Critique of Murakami Novel, with Murakami himself". Mieko saat itu menyinggung tokoh perempuan dalam cerita-cerita di novel Murakami dengan mengatakan "As we talk things over, I’m reminded of the variety of female characters you’ve written. I wouldn’t say that all the women fit into a single category. Though of course, writing a female character is not the same thing as making her important to the story." Kemudian Murakami berkata "To be honest, I don’t understand this idea about there being any kind of pattern. We can talk about the women in my novels as a group, but to me, they’re unique individuals, and on a fundamental level, before I see them as a man or woman, I see them as a human being." And now you know why I adore him so much.





  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. 3 tahun? Waktu yg cukup lama untuk menyelsaikan membaca buku
    Kalo aku tipe org yg kurang suka baca buku yg terlalu tebal
    Kalo ada filmnya pasti lebih pilih nonton filmnya hehe

    BalasHapus
  2. Saya kira 1Q84 itu salah tulis hahahaha
    Berat sekali memang bacaannya, tapi beruntung ada yang mencoba mengulasnya, jadi saya bisa dapat intinya.

    BalasHapus