Naomi-Tanizaki Junichiro: Sugardaddy-Babyssugar Cerita Erotis Klasik

By mayasithaarifin.blogspot.com - Senin, Juli 06, 2020


Ada banyak sekali daftar buku yang harus dibaca selama pandemi ini. Aku sedang jatuh cinta dan berbunga-bunga dengan Gabriel Garcia Marquez. Aku sedang mencoba membaca One Hundred Years of Solitude, sayangnya, buku itu masih dalam terjemahan Bahasa Inggris. Sebagai yang masih gagap enggres, tentu bukan hal yang mudah bagiku. Maka ketika mumet ndase ngelu, aku beralih membaca buku lain dan bertemu dengan Naomi oleh Tanizaki Junichiro. 

Naomi membikin perasaanku campur aduk, tepatnya antara kesal sekaligus antusias. Bukan karena cerita Sugardaddy-Babyssugar, ya itu juga, tetapi lebih jauh lagi adalah bagaimana Junichiro mengajak-mengembara tentang pengaruh kebudayaan sesudah Restorasi Meiji-masuk zaman Taisho, ada transisi kebudayaan disana. Perang dunia satu. Mulai masuknya kebudayaan barat. Dan sebagainya. Dan sebagainya.

Dalam Naomi ini bukan hanya cerita tentang hubungan yang tidak sehat, tetapi juga tentang obsesi terhadap aspek budaya darat terhadap dua karakter tersebut, yang ditangkap dengan, well, dangkal.

Joji seorang semi gadun, 28 tahun, tentu pekerjaan aman, mapan dan kebetulan datang dari keluarga yang berada. Suatu hari dia bertemu dengan ABG 15 tahun, seorang pelayan di sebuah kafe, Naomi. Naomi terlihat naif, polos, murung pendiam, dan Joji melihat ada keidealan wajah Eurasia pada Naomi.

Joji menawarkan akan membiayai pendidikan Naomi dan supaya pindah untuk tinggal bersamanya di tempat yang lebih baik. Intensi Joji adalah ingin membentuk Naomi sesuai ekspetasi dan fantasi istri idealnya: cantik, modern, berkelas, well-educated, manners, dan tentu saja kebarat-baratan. Dia membenci segala yang dianggapnya konservatif dan timur. Well, intensinya terdengar seperti cerita The Tale if Genji, ya?.

Sebagai perempuan yang datang bukan dari keluarga kaya, ibunya tidak peduli dan ingin dirinya menjadi Geisha supaya lekas pergi dan mengurangi beban keluarga, Naomi seperti tidak punya pilihan lain untuk hidup lebih baik dan lebih kaya selain menerima tawaran Joji. Maka ga butuh waktu lama Naomi pindah dan tinggal bersama Joji.

Joji benar-benar memperlakukan Naomi seperti bayi besar, dari memandikannya hingga bermain kuda-kudaan, itu benar-benar sesuatu yang creepy banget, anjir. Joji mengkursuskan Naomi bahasa Inggris dan musik. Selain itu Joji benar-benar memanjakan Naomi seperti membelikan dia baju-baju and other stuffs yang mahal dan mewah, hire maid buat melayani Naomi dan semua itu benar-benar menguras tabungannya hingga ga sisa. 

Seiiring berjalannya waktu Joji melihat kalau Naomi berevolusi dan tumbuh menjadi gadis yang jauh dari ekspetasi dan fantasi istri idealnya: cantik, modern, berkelas, well-educated, manners, ataupun kebarat-baratan. Naomi hanya tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan kebarat-baratan saja dengan gaya hidup suka pergi party dan berdansa, berteman dengan banyak lelaki, gibah perempuan lain, dan dalam hal seksualitas, well, menurut aku sangat post-fem: wanita bisa bercinta layaknya pria, cuek. Naomi tumbuh menjadi gadis yang sangat manipulatif. Dan Joji cant resist semua cheating-egois-dominasi Naomi.

Junichiro menyuguhkan kepada pembaca tentang kebodohan-kebodohan Joji dengan semua fetisnya terhadap Naomi.

"Bagi diriku sendiri, tidak ada bedanya apa yang kau pikirikan tentang diriku; aku mencintai Naomi" 

Masochism inaaaff.

Bagi aku, Naomi ga cuma tentang keadaan jiwa Joji dibalik obsesi seksualnya, tetapi juga tentang kontradiksi-kontradiksi kebudayaan saat itu yang terekspos. Naomi novel yang kaya dan ceritanya benar-benar sangat kompleks. I adore you, Tanizaki Junichiro.

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Jadi apakah sebenarnya buku ini bercerita tentang bagaimana mengubah seseorang lalu menyesalinya?

    BalasHapus
  2. Buku ini sepertinya seru utk selingan bacaan berat lainnya. cari ah

    BalasHapus