Mbo`a

By mayasithaarifin.blogspot.com - Selasa, Juli 16, 2019


Saya punya nenek, nenek saya ga bisa bahasa Indonesia, dia hanya berbicara dalam bahasa Madura dan sedikit bahasa Bali. Maka dari itu kami memanggilnya Mbo’a. Dia muslim yang baik dan rajin sembahyang lagi mengaji, walaupun begitu dia masih percaya dengan roh-roh.

Dulu ketika saya kecil, saya anak kecil yang aktif yang ga mau mandi, ga mau makan dan ga mau tidur, maunya cuma mainan doang seharian. Pokoknya tiap kali disuruh mandi, makan atau tidur perlu bertengkar sedikit dan drama dulu dengan ibu saya. Pada suatu hari saya sakit, demam tinggi sekali. Mbo’a saya percaya, saya sakit karena saat saya keluar bermain saya telah berbuat nakal dengan alam dan lingkungan, maka dari itu roh penjaga alam marah sama saya, istilahnya kesambet. Esok harinya, saya dibawa oleh Mbo’a ke rumah nenek-nenek tua pemakan sirih yang tidak jauh dari rumah. Mulut si nenek itu merah seperti vampir habis minum darah. Kemudian si nenek mulutnya komat-kamit, entah berdo’a atau mengucap mantra yang dilanjutkan dengan minum air, eh, eh, eh, lah, lah, lah,

...
Kok abis itu disemburin ke ubun-ubun kepala saya. Saat itu saya menangis kencang sekali bukan karena takut, tapi jijik sambil bilang “JANGAN DILUDAHIN GAMAU DIILERIN” laaaah, bayangin aja, Maemunah,,,  semburan itu adalah campuran air putih bermantra dan merah-merah kunyahan sirih belio, kentel kayak ingus, lengket-lengket di rambut kepala. Tentu saja saya sembuh bukan karena itu, karena setelahnya, ibu saya membawa saya ke puskesmas.

Saya suka bagaimana ibu saya-yang pikirannya sudah modern menghormati keyakinan Mbo’a yang masih percaya dengan perklenikan- dengan membiarkan Mbo’a membawa saya ke nenek tua pemakan sirih untuk dimantrai supaya roh tidak lagi menghukum saya yang telah nakal dengan alam dan lingkungan. Setelah besar dan terpanggil buat beberapa kali gabung jadi relawan lingkungan, saya sadar jiwa relawan saya datang karena didikan belio-yang mengajarkan saya untuk mencintai alam dengan -“Jangan nakal sama alam dan lingkungan nanti roh marah”. Saya yakin, kalau Mbo’a tau dan kenal biologi, belio akan menjelaskan dengan bahasa ilmiah kenapa saya tidak boleh nakal dengan alam dan lingkungan;  kerusakan ekosistem, abrasi, banjir, bla bla bla. Tapi, kalaupun disuruh memilih kenangan dengan bahasa ilmiah yang susah atau cerita roh-roh marah, saya tetap memilih cerita roh-roh marah karena tentu saja itu lebih indah.

Mbo`a meninggal setelah saya lulus SMA. Dia nenek yang baik bagi saya. Tentu saja dia meninggalkan banyak kenangan, kapan-kapan aku akan ceritakan lagi kenangan lainnya. Saya ingat saat dia meninggal banyak sekali yang datang melayat. Bahkan kematiannyapun mengajarkan saya banyak hal, seperti seolah-olah dia berbicara kepada saya "When you born, you cry and people smile. When you die, you smile and people cry. Be that someone". Untuknya, allahummagfirlaha...


  • Share:

You Might Also Like

3 komentar

  1. Berdoa untuk neneeek. Pasti dia seneng karena bisa ngasih banyak pelajaran ke keturunannya. :D

    BalasHapus
  2. Emang ngeri sih disembur nenek-nenek gitu. Dih.. jadi geli bayanginnya.

    BalasHapus
  3. Nenek saya juga gitu. Taat agama tapi kalo malem tertentu mbakar menyan, wkwkwkwk

    BalasHapus