Rumah

By mayasithaarifin.blogspot.com - Senin, November 09, 2020

 Catatan 9 November 2020


Bahkan saat saya staycation di villa bagus dengan kolam renang hangat saat membuka pintu kamar, bath up besar untuk berendam sambil menonton Netflix atau sekedar bersantai membaca buku diterangi sinar matahari, kasur besar dan empuk dengan selimut yang lembut seperti bulu kucing saya, tetap saja, saya lebih nyaman di kamar saya dengan buku-buku saya yang berantakan dimana-mana, tumpukan cucian kering yang malas saya lipat dan masukkan ke dalam lemari dan baru akan menyetrikanya ketika akan saya kenakan, bulu-bulu kucing pada selimut yang malas saya cuci. Rumah bagi saya adalah dimana kucing-kucing dan koleksi buku saya berada.

Bapak sedang tidak ada di rumahnya. Saya melihat dia menitikkan air mata sejak tadi. Saya tidak kuat melihatnya. Saya merasa bapak rindu rumahnya dengan fentilasi udara yang bagus, pelataran luas dengan pohon pisang, debu-debu pada jendela, televisi 55 inch, sound system, his mini home theater, karpet besar dan hangat di ruang tamu, kasur uk180 dan ada Bumamah yang tidur di sebelahnya, wanita yang menemaninya selama delapan belas tahun lebih. Mereka selama ini hidup berdua seperti saya dengan kucing-kucing saya. Saya tidak tahu makna rumah bagi bapak saya, tapi melihat bapak menitikkan air mata, saya merasa dia rindu rumahnya dan saya bukan orang yang mampu menjadi rumahnya. Saya tidak akan mampu menemani dia seperti Bumamah yang menemaninya selama ini dan lain sebagainya. Dan untuk pertama kalinya sejak bapak sakit, akhirnya saya sedih sekaligus menyesal bapak jauh dari istrinya.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar