The Edge of Seventeen, Review Movie (2016)

By mayasithaarifin.blogspot.com - Rabu, April 12, 2017


Beberapa minggu ini aku nonton film adolescence, masa remaja. Aku nonton The Princess Diaries, dimana Anna Hathway cantik dan muda dalam film ini. Aku nonton sequel Mean Girls. Ngomong-ngomong aku lebih suka Mean Girls yang pertama dibandingkan yang kedua, aku suka Lindsay Lohan dan dalam film ini dia emang keren parah. Aku juga nonton The Duff dan The Edge Of Seventeen.

The Edge Of Seventeen ini film yang menarik menurut aku pribadi. Film yang ceritanya aku pernah ngalami perasaan yang sama.

Film ini dibuka dengan Nadine (Hailee Steinfield) mendatangi guru sejarahnya, Mr. Burner (Woody Harrelson) dan mengatakan kalau dia ingin bunuh diri. Parahnya, Mr. Burner menanggapinya dan mengatakan kalau dia ingin bunuh diri juga. Kemudian cerita menjadi flashback ke beberapa minggu sebelumnya yang menyebabkan kenapa dia ingin bunuh diri.

Sedari kecil Nadine tipe orang yang kaku dan kuno. Hal ini sangat berlawanan dengan kakaknya, Darian (Blake Jenner) yang ramah, gaul dan popular. Dan Nadine membecinya. Dia juga ga terlalu dekat dengan ibunya yang selalu membela kakaknya. Di saat dia frustasi dengan semuanya bertemulah dia dengan Krista (Haley Lu Richardson) dan menjadi teman satu-satunya yang Nadine miliki.

Aku suka dengan tokoh Nadine. Dia digambarkan sebagai anak tujuh belas tahun yang sedang bergejolak secara hormon dan emosi. Ditambah saat usia tiga belas tahun Ayahnya yang dekat dengannya dan sering menasehatinya meninggal dunia. Ini cukup membuat dunianya cukup terguncang. Dia menjadi protagonist yang menjengkelkan. Dia khawatir, kejam dan frustasi. Dia juga suka ngomong kotor. Kayaknya kita emang pernah ngalamin masa yang sama -kayak ''Bangkeee, gini banget idup. Kayaknya  yang laen biasa aja deh''. Dan itu yang sedang dialami Nadine.

Nadine didefinisikan kayak anak buangan dan type yang ga kelihatan di sekolah. Sebenarnya dia cuma nyebelin dan ga terlalu mau berbaur dengan temannya. Dia juga mempunyai sisi gelap, mungkin karena ayahnya meninggal saat bersama dia yang ngebuat dia agak sedikit trauma, ditambah dia ga deket dengan ibunya-yang pikirnya cuma selalu membela kakaknya, dia juga seperti dibanyangi oleh kakaknya yang populer sementara dia biasa aja. Lebih-lebih ketika dia pacaran dengan Krista, sahabat satu-satunya Nadine. Tentu saja Nadine manggangapnya sebagai tukang rebut.

Di pertengahan akhir cerita kita tahu bahwa sebenarnya hal yang paling membuat Nadine ingin bunuh diri bukan karena masalah dengan ibu ataupun kakaknya, melainkan karena Nick Mossman (Alexander Calvert) senior yang dia taksir dari lama. Aarrghh,, kayaknya aku pernah ngalami perasaan yang sama. Dimana kayaknya kita naksir, suka, atau ngerasa jatuh cinta padahal ga. Kita cuma terobsesi karena dia keren atau apapun itu. Girls, itu sama sekali bukan berati kita fall in love sama dia. Disini Nadine seolah-olah psycho yang maniak. Itu rasanya kayak pas stalking, eh, kena tap dua kali dan masuk notif. Serius, rasanya pengen lenyap, pindah planet ganti identitas. Brengseknya, si Nick menanggapinya kan bikin baper,  padahal sebenarnya dia cuma iseng. Dan semua yang Nick lakukan ini keliatan wajar dan alami sebagai cowo remaja juga.

Tapi dari sana ngebuat Nadine merenung dan berpikir sampai akhirnya dia sadar kalau selama ini dia emang nyebelin. Dia nyebelin dengan semua orang termasuk ngira kalau Ibu dan kakaknya ga suka dia, padahal mereka sayang dia. Dia juga tahu kalau sebenarnya dia nyaman dengan Erwin Kim (Hayden Szeto), temen di kelas sejarah yang beberapa kali deketin dia, tapi saat itu dia ga terlalu nanggepi karena lagi suka sama Nick. Pada akhirnya semua baik-baik saja, hubungan dia dengan keluarga ataupun Kristapun menjadi baik kembali. Begitupun hubungannya dengan Erwin. Geregetnya antara Erwin dan Nadine ini alami banget, kayak mereka gugup atau kikuk yang ga drama sama sekali. Suka banget pokoknya.



Mungkin film ini agak ngebosenin ga seseru The Princess Diaries nya Anna Hathway atau se heboh sampai bikin teriak-teriak kayak Mean Girls nya Lindsay Lohan. Tapi ini film klasik banget. Ga drama-drama banget, kayak hal ini sesuatu yang pernah kita rasai ataupu  alami ketika kita sedang tumbuh menjadi dewasa dan otentik.

So Guys, film yang dirilis di September 2016 lalu dengan durasi seratus empat menit yang disutradarai Kelly Fremon craig ini menuai review yang positif. Film ini juga menenangkan tiga penghargaan: Detroit Film Critics Society, New York Film Critics Circle, dan Women Film Critics Circle. Film yang cukup bikin kita mikir.

Selamat menonton

  • Share:

You Might Also Like

11 komentar

  1. Penasaran dengan filmnya. Saya mau nonton dulu deh. Googling now!

    Hehehe... Salam kenal kak.

    BalasHapus
  2. Jadi penasaran pengin nonton filmnya.., pemeran nadin pasti cantik ya mbak.

    BalasHapus
  3. Sepertinya saya juga akan menyukai film ini kalau menontonnya. Ide yang bagus tentang : seolah-olah kita mencintai seseorang hingga terobsesi padahal hanya kagum saja, bukan cinta. Itu hampir semua gadis mengalami deh, dan semakin dewasa akan semakin sadar bahwa rasa cinta itu sebenarnya tidak sesederhana ketika kita tiba-tiba mengagumi seseorang, harus ada proses yang lumayan panjang..

    Bener nggak sih kesimpulan saya, hehe jadi ngarang sendiri nih :)

    BalasHapus
  4. Aku sudah nonton film ini, dan entah kenapa aku malah bosan hahahha. Coba nonton film Boyhood (2014) kalau nggak salah. Bakal beda rasanya.

    BalasHapus
  5. Wah si Nadine ini kok mirip-mirip gue ya karakternya. (langsung ngaku2). Walaupun gue nggak kaku juga sih, tapi ada beberapa yang sama. \:p/

    BalasHapus
  6. Selamat Siang Mbak Maya,

    Saya sedang blogwalk dan menemukan blog anda. Wah anda sudah pernah menonton Wild Child, film remaja diperankan Emma Roberts?
    Saya Soraya dari http://serumah.com.
    Saat ini trend berbagi ruangan/roomsharing sangat marak di kota besar. Kami berinisiatif untuk membuat situs pencari teman sekamar/roommate agar orang-orang yang ingin menyewa tempat tinggal (apartemen, rumah atau kost) dapat berbagi tempat tinggal dan mengurangi biaya pengeluaran untuk tempat tinggal. Berawal dari ide tersebut, website serumah.com diluncurkan pada awal tahun 2016.

    Saat ini saya meminta bantuan anda untuk menuliskan artikel review mengenai serumah.com di situs blog anda. Saya dan Tim Serumah sangat menghargai jika Anda bersedia untuk memberikan review terhadap website kami dan menerbitkannya di blog anda.

    Mohon hubungi saya jika ada pertanyaan lebih lanjut. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatannya.

    Soraya F.
    Cataga Ltd.
    soraya.serumah@gmail.com
    http://serumah.com/

    BalasHapus
  7. harus ditonton nih
    kayaknya pas adegan curhat mau bunuh diri asyik, lho?

    BalasHapus
  8. Anak perempuan memang pada umumnya lebih dekat sama ayahnya. Jika ayahnya meninggal, otomatis kejiwaannya ikut terganggu. Ah jadi ingin bunuh diri juga. Untuk semuanya baik-baik akhirnya.

    BalasHapus
  9. waaaah jadi penasaran pengen nonton, cerita cintanya alami beda dibanding sinetron jaman sekarang

    BalasHapus
  10. Blog Walking dan mampir ke sini.
    Saya jadi penasaran gini ya pingi nonton filmnya.
    :D

    BalasHapus
  11. Wah saya belum pernah nonton filmnya. Cerita2 ringan gini asyik sih untuk ditonton.

    BalasHapus