Matilda

By mayasithaarifin.blogspot.com - Senin, April 19, 2021

 Tiga hari lagi Hari Buku Sedunia, beberapa hari yang lalu saya membaca ulang Matilda, kemudian menyadari sesuatu, saya kira saya menyukai genre surealis baru-baru ini ketika mengenal Murakami, ternyata saya sudah menyukainya sejak umur sembilan. Dulu cita-cita saya ingin menjadi seperti Matilda: banyak membaca buku, menjadi pintar, mempunyai kekuatan superpower dan keluar dari rumah, menjauh dan hidup terpisah dari orang tua saya. Orang tua saya tidak sesurealis tokoh orang tua dalam cerita Matlida, tetapi mereka mempunyai satu kesamaan selain `careless` terhadap saya; sama-sama terlalu banyak menonton televisi dengan volume keras. Pada kenyataannya, saya tidak pernah menjadi seperti Matlida, saya tidak membaca banyak buku, saya tidak pintar dan saya tidak mempunyai kekuatan superpower, hanya berhasil keluar dari rumah di umur dua belas. Saat itu saya bersekolah di salah satu islamic boarding school dan sejak saat itu menjadi malas pulang ke rumah tiap libur sekolah sampai akhirnya ketika sudah besar, lulus SMA dan mulai bekerja saya benar-benar keluar dari rumah, ngekost sendiri. Beberapa bulan sebelum bapak meninggal--saat beliau meminta saya untuk pulang dan tinggal di rumah saya tidak mau, saya tidak pernah ingin pulang. Terlalu banyak ingatan dan kenangan buruk. Sejak umur sembilan saya sudah mulai memikirkan banyak hal, seperti bagaimana supaya tidak merepotkan anggota keluarga yang lain, karena seperti halnya mereka yang pernah saya repotkan ketika saya hanya anak kecil tidak berdaya, merepotkan atau direpotkan rasanya sama-sama tidak enak. Toh, memang saya sampai saat ini tidak terlalalu banyak merepotkan, setidaknya untuk tempat tinggal atau kehidupan sehari-hari saya. Sebagian besar saya mengusahakannya sendiri. Dalam hal ini saya boleh bangga dengan diri saya sendiri. Kata seorang teman baik saya, saat saya berkata kepada diri saya sendiri saya ingin menjadi Matilda di umur sembilan, saat itu sebenarnya saya sudah menjadi Matilda: membaca banyak buku, menjadi pintar, mempunyai kekuatan superpower dan berhasil keluar rumah di umur dua belas, hanya saja saya tidak pernah menyadari kalau saya baca banyak buku, saya tidak pernah menyadari kalau saya cukup pintar atau saya tidak pernah menyadari saya punya kekuatan superpower, saya terlalu sibuk merasa insyekur. Saya tertawa mendengarnya. Kemarin saya berkunjung ke rumah salah satu keluarga saya, mereka banyak bertanya lebaran ini saya pulang atau tidak? Salah seorang keponakan saya bahkan ada yang menyeletuk bilang "Memangnya Cik Ya punya kampung atau rumah buat pulang?". Sepulang dari sana saya menangis semalaman sampai menjelang pagi, entah bagaimana saya merasa begitu sentimentil dan emosional karena tahun ini saya benar-benar tidak punya orang tua lagi untuk sekedar mampir pulang dan saliman. Kucing-kucing saya tidur di dekat kepala saya, mereka mendekur, di kasur saya banyak berserakan buku-buku yang sedang saya baca tergantung mood. Lama, kemudian saya berpikir, memangnya selama ini saya kemana dan dimana sampai perlu pulang? Rumah bagi saya dimana ada buku-buku dan kucing-kucing saya; ada kesepian sekaligus ketenangan, ada kebahagiaan sekaligus kesedihan dan yang paling utama dipenuhi cinta. Saya banyak berterima kasih kepada kucing-kucing saya. Kucing-kucing saya yang indah. Kemudian saya tertidur dan bangun pagi dengan kepala belakang yang berat. Saya lupa kapan terakhir saya menangis sampai tertidur. Tapi yang paling utama saya lega bukan hanya mengenai cita-cita saya menjadi Matilda, saya lega menyadari rumah adalah diri saya sendiri.

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Ada sesuatu yang sepertinya membekas dalam, entah apa itu.
    Keluar dari rumah itu pernah sy lakukan, ingin pergi dan mencoba lepas dari rumah, menempa banyak hal di luar, dan sy banyak belajar dari luar, bagaimana arti keluarga, walau keluar sy pun tak sepenuhnya normal. Tp mimpi punya klrga normal akan terus diperjuangkan dg cara² yg benar.

    Keep spirit #matilda

    BalasHapus
  2. Merdeka atau lari dari realita? Pikiran ini muncul usai membaca tulisan diatas.


    Keep spirit, another Matilda! Rumah adalah dimanapun cinta dan kasih menetap!

    BalasHapus